Kebudayaan Suku Betawi
Kebudayaan suku Betawi merupakan kebudayaan asli kota Jakarta. Kebudayaan suku Betawi terbentuk akibat akulturasi (pencampuran) berbagai kebudayaan yang telah ada sebelumnya. Karena sikap keterbukaan orang Betawi dan penghargaan tinggi terhadap perbedaan juga turut mempercepat akulturasi tersebut. Karena akulturasi itu, kebudayaan suku Betawi dapat dikelompokkan berdasarkan pengaruh kebudayaan-kebudayaan asal yang membentuknya
Kebudayaan Suku Betawi dalam seni musik
Gambang Kromong
Salah satu musik khas dari kesenian Betawi yang paling terkenal adalah Gambang Kromong, dimana dalam setiap kesempatan perihal Betawi, Gambang Kromong selalu menjadi tempat yang paling utama. Hampir setiap pemberitaan yang ditayangkan di televisi, Gambang Kromong selalu menjadi ilustrasi musiknya.
Kesenian musik ini merupakan perpaduan dari kesenian musik setempat dengan Cina. Hal ini dapat dilihat dari instrumen musik yang digunakan, seperti alat musik gesek dari Cina yang bernama Kongahyan, Tehyan dan Sukong. Sementara alat musik Betawi antara lain; gambang, kromong, kemor, kecrek, gendang kempul dan gong.
Kesenian Gambang Kromong berkembang pada abad 18, khususnya di sekitaran daerah Tangerang. Bermula dari sekelompok grup musik yang dimainkan oleh beberapa orang pekerja pribumi di perkebunan milik Nie Hu Kong yang berkolaborasi dengan dua orang wanita perantauan Cina yang baru tiba dengan membawa Tehyan dan Kongahyan.
Pada awalnya lagu-lagu yang dimainkan adalah lagu-lagu Cina, pada istilah sekarang lagu-lagu klasik semacam ini disebut Phobin. Lagu Gambang Kromong muatan lokal yang masih kental unsur klasiknya bisa didengarkan lewat lagu Jali-Jali Bunga Siantan, Cente Manis, dan Renggong Buyut.
Tanjidor
Tanjidor
adalah sejenis orkes rakyat Betawi yang menggunakan alat-alat musik Barat, terutama alat tiup. Pada umumnya alat-alat
tersebut adalah barang bekas yangkeadaannya telah usang, kebanyakan
sudah cacat sehingga disana sini terpaksa dipatriatau diikat dengan kawat
supaya tidak berantakan.Orkes Tanjidor
sudah rumbuh sejak abad ke-19, berkembang didaerah pinggiran. Menurut beberapa keterangan,
orkes itu berasal dari orkes yang semuladibina dalam lingkungan tuan
tuan
tanah, seperti tuan tanah Citeurep, dekat Cibinong.Pada umumnya alat-alat musik
pada orkes Tanjidor terdiri dari alat musik tiupseperti piston (cornet a piston), trombon, tenor, clarinet, bas,
dilengkapi dengan alatmusik pukul membrane yang biasa disebut tambur
atau genderang. Dengan peralatantersebut cukup untuk mengiringi pawai atau
mengarak pengantin
Kebudayaan Suku Betawi dalam seni teater
Lenong Betawi
Lenong adalah teater rakyat khas Betawi yang dikenal sejak tahun 1920-an. Sejak awal keberadaannya, diiringi dengan musik gambang kromong. Dalam dua Lenong dikenal dua jenis cerita yaitu Lenong Denes (bercerita tentang kerajaan atau kaum bangsawan) sementara Lenong Preman berkisah tentang kehidupan rakyat sehari-hari ataupun dunia jagoan.
Lenong Denes sendiri adalah perkembangan dari bermacam bentuk teater rakyat Betawi yang sudah punah, seperti wayang sumedar, wayang senggol ataupun wayang dermuluk. Sementara lenong preman disebut-sebut sebagai perkembangan dari wayang sironda. Yang cukup signifikan dalam perbedaan penampilan kedua lenong tersebut, Lenong Denes umumnya menggunakan bahasa Melayu halus, sedang Lenong Preman rata-rata menggunakan bahasa Betawi sehari-hari.
Kebudayaan Suku Betawi dalam seni tari
Tari Yapong
Tari Yapong ialah tari yang aktraktif yang para penarinya menggunakan pakaian merah mencolok bernuansa Cina dengan konde yang khas mengerucut diatas kepala. Musik pengiringnya adalah musik-musik perkusi yang dinamis dan meriah. Dalam tradisi kebudayaan suku Betawi, tarian ini biasa dibawakan pada pertemuan resmi, seperti penyambutan tamu kehormatan dan pembukaan suatu kegiatan.
Kesenian Suku Betawi Ondel-Ondel
Ondel-ondel merupakan hasil dari kebudayaan Betawi yang berupa boneka besar yang tingginya mencapai sekitar ± 2,5 m dengan garis tengah ± 80 cm, boneka ini dibuat dari anyaman bambu yang dibuat agar dapat dipikul dari dalam oleh orang yang membawanya. Boneka tersebut dipakai dan dimainkan oleh orang yang membawanya. Pada wajahnya berupa topeng atau kedok yang dipakaikan ke anyaman bambu tersebut, dengan kepala yang diberi rambut dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya di cat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan dicat dengan warna putih.
Awal mulanya pertunjukan ondel-ondel ini berfungsi sebagai penolak bala dari gangguan roh halus yang mengganggu. Namun semakin lama tradisi tersebut berubah menjadi hal yang sangat bagus untuk dipertontonkan, dan kebanyakan acara tersebut kini di adakan pada acara penyambutan tamu terhormat, dan untuk menyemarakkan pesta-pesta rakyat serta peresmian gedung yang baru selesai dibangun.
Seni Sastra
Betawi
Sahibul Hikayat
Sastra Lisan yang tergolong sahibul hikayat dalam tulisan
ini, ialah cerita-cerita yang
berasal dari Timur Tengah, antara lain bersumber pada cerita Seribu Satu
Malam,
Alfu Lail Wall ail. Istilah sahibul hikayat berasal dari bahasa Arab: “ShohibulHikayat”, yang berarti yang empunya cerita. Dalam
membawakan cerita sahibulhikayat juru
hikayat sering mengucapkan kata-kata: "Menurut sohibul hikayat" ataukata "sahibul hikayat". Oleh karena itu
cerita-cerita kelompok ini biasa disebutsahibul hikayat. Ucapan demikian itu digunakan untuk memberikan tekanan
kepadayang akan diceritakan selanjutnya yang kadang-kadang merupakan hal yang
tidak masuk akal contohnya sebagai cuplikan berikut."Jin itu menaroh anaknya di ayunan, Sembari
nyanyi di ayun, maksudnyasupaya anaknya tidur. Kata Sohibul hikayat, ayunan itu
baru balik sembilan taonkemudian." (Diambil dari salah satu mata
acara radio swasta).Dengan kata-kata sahibul hikayat itu pertanggung jawaban
diserahkan kepadayang empunya cerita, yang
entah siapa. Sahibul hikayat terdapat di daerah tengahwilayah Budaya Betawi
atau Betawi kota. Antara Tanah Abang dengan Salemba,antara Mampang
Prapatan sampai Taman Sari. Pembawa cerita sohibul hikayat, biasadisebut tukang cerita, atau juru hikayat. Juru hikayat
yang terkenal pada mas lalu,antara
lain Haji. Ja'far, Haji. Ma'ruf kemudian Mohammad Zahid, yang terkenaldengan sebutan "wak jait". Pekerjaan
sehari-hari wak Jait sebagai tukang pangkasrambut di dekat Pasar Kambing Tanah Abang, rumahnya di Kebon Pala. Bila bercerita di rumah yang empunya hajat, wak
Jait selalu mengenakan kain pelekat, berbaju potongan sadariah,
berpeci hitam.
Komentar